7 Langkah Jitu agar Bisa Kuliah Ke Luar Negeri

Bagikan Artikel

Share on facebook
Share on twitter
Share on email
Share on whatsapp

Melanjutkan studi ke luar negeri memang bukanlah hal mudah. Diperlukan effort yang besar dan resources yang tidak sedikit agar bisa jadi kenyataan. Oleh karena itu, kesempatan yang ada tentu tidak boleh kita sia-siakan, diperlukan persiapan yang matang sekali agar kita bisa mencapai target universitas atau beasiswa yang kita inginkan. 

Berdasarkan pengalaman, penulis mempunyai strategi bernama “7 langkah” yang penulis lakukan ketika berada di fase mengejar letter of acceptance universitas dan beasiswa. Strategi ini menurut penulis cukup jitu karena membantu kita untuk mengerjakan sesuatu secara lebih detail, bertahap, dan mempunyai to do list yang jelas. Lantas apa aja nih strategi penulis? Kepo kan? Nah langsung simak aja strategi penulis di bawah ini:

  1.     Lakukan asesmen capaian akademik dan non-akademik

Pasca lulus dari pendidikan sarjana, penulis ingin sekali melanjutkan pendidikan di luar negeri namun terdapat plus dan minus yang dimiliki oleh penulis dalam hal akademik dan non-akademik. Penulis tidak ingin usaha yang dilakukan justru sia-sia karena terganjal capaian akademik atau non-akademik. Sebagai contoh, untuk jenjang S2 di universitas di Inggris memiliki persyaratan standar capaian nilai akademik tertentu. Alhasil, akan menjadi kerugian jika kita tetap kukuh mendaftar namun dengan kondisi tidak memenuhi syarat akademik tersebut.

Oleh karena itu, strategi awal adalah lakukan asesmen atas diri sendiri baik dalam hal akademik dan non-akademik untuk melihat di sisi apa kita bisa unggul dan di sisi apa yang kita tidak terlalu baik. Ingat! Beda universitas/beasiswa, beda juga syaratnya sehingga kandidat yang dicari pun berbeda. Beasiswa Swedish Institute, misalnya, lebih fokus pada capaian pengalaman kerja dan organisasi sehingga capaian akademik berada di urutan setelah kedua hal tersebut.

Bayangkan jika kamu tidak tau plus dan minus dirimu baik di sektor akademik dan non-akademik, bisa-bisa kamu justru salah sasaran dalam mendaftar beasiswa sehingga seluruh effort dan resources yang sudah kamu keluarkan justru sia-sia.

  1.     Riset Universitas dan Beasiswa hingga Negara Tujuan

Setelah mengetahui modal yang kita punya beserta kebutuhan yang harus kita dapatkan, langkah selanjutnya adalah melakukan riset lembaga pendidikan, program beasiswa dan negara yang ingin kita tuju. Ingat! Beda universitas tentu berbeda juga syaratnya. 

Sebagai contoh: pada program European Business Law di Lund University, calon mahasiswa harus membuat statement of purpose. Sementara, untuk program yang sama di Universiteit Leiden, calon mahasiswa harus membuat motivation letter. Meskipun terkesan sama, namun keduanya mempunyai struktur yang berbeda. Meskipun begitu, keduanya sama-sama membutuhkan dua surat rekomendasi bagi para calon mahasiswanya.

Gamla Stan View, Stockholm, Sweden

Begitu juga dengan beasiswa, kamu perlu menyediakan waktu untuk riset program beasiswa tertentu dari mulai syarat administrasi, syarat khusus calon penerima beasiswa, program yang available, hingga benefit apa yang kamu terima. Jangan sampai kamu sudah mempersiapkan semua syaratnya tetapi ternyata benefit beasiswa yang didapat tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupmu di luar negeri.

Penting juga loh untuk melakukan riset negara yang dituju untuk menghindari faktor tidak terduga yang bisa saja menghambat studi kita. Misalnya, negara tujuan kita sedang dalam konflik, inflasi tinggi, menghadapi isu sosial, atau bahkan mengalami bencana baik alam/non alam.

Pada fase ini, jangan dahulu riset soal destinasi wisata negara tujuanmu. Ingat yaa, kamu ke luar negeri untuk studi, jadi jalan-jalan itu bonus ya!

  1.     Persiapan Tes Bahasa & Tes Bahasa

Sudah siap dengan informasi yang kita punya? Okay, sekarang saatnya melangkah lebih jauh. Pada tahap ini, jika kamu rasa kamu sudah paham luar dalam tentang pendaftaran universitas dan program beasiswa yang kamu inginkan; maka selanjutnya kamu bisa masuk ke tahap untuk persiapan tes bahasa dan tes bahasa. Kenapa dua hal ini dipisah?

Ingat strategi nomor satu di mana kita lakukan asesmen atas diri kita? Nah, salah satu tujuan asesmen adalah untuk mengetahui sejauh apa kemampuan bahasa kita. Tidak semua program studi meminta syarat Bahasa Inggris loh! Ada juga yang meminta calon mahasiswa sertifikat bahasa negara tersebut, seperti universitas-universitas di Jerman dan Prancis yang mewajibkan mahasiswa memiliki level kemampuan bahasa negara tersebut.

Setelah asesmen dilakukan, kita bisa mengetahui sejauh mana kemampuan kita dibandingkan dengan standar nilai yang ditetapkan universitas tujuan kita. Dari sinilah kita bisa menetapkan jangka waktu untuk belajar bahasa baik secara mandiri atau dengan mengikuti kelas di lembaga pendidikan bahasa seperti IELTSpresso. Kamu bisa memilih program yang sesuai dengan jadwal dan kebutuhanmu lho. Simak informasi selengkapnya di sini ya!

Setelah persiapan bahasa, maka selanjutnya kita tinggal mengambil tes bahasa. Pastikan juga bahwa durasi belajar, tanggal tes dan pengumuman hasil tes sesuai dengan lini masa pendaftaran universitas dan beasiswa supaya kamu tidak terburu-buru dalam submisi aplikasimu!

Sebagai contoh, dari proses persiapan hingga pengumuman hasil Tes IELTS paling tidak dibutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan dan waktu ini tentu akan menjadi masalah jika kita tidak melakukan perhitungan dengan baik.

  1.   Menyusun Motivation Letter/Statement of Purpose

Hayo siapa yang di sini belum tau bedanya motivation letter dan statement of purpose? Tenang kamu ga sendirian kok. Penulis juga awalnya menganggap dua hal ini adalah hal yang sama namun ternyata berbeda loh! Bedanya motivation letter dan statement of purpose terletak pada motifnya. Motivation letter mempunyai motif menjelaskan tujuan kenapa kita mengambil program tersebut sementara statement of purpose mempunyai pola yang menjelaskan latar belakang kita dan kesesuaian dengan program yang kita inginkan.

Tipsnya? tuangkan hal-hal yang benar-benar kamu kuasai dan bicaralah dengan fakta, data, serta realistis. Boleh sekali kita menuliskan motivasi yang tinggi namun ingat, orang-orang yang akan menilai dokumenmu itu sudah membaca ribuan surat motivasi jadi pastikan kamu karyamu stand out dengan mengutarakan ide yang kongrkit, berbasis fakta dan data serta realistis.
sebagai tambahan, boleh juga kamu mention nama dosen yang berasal dari kampus tujuanmu. Hal ini akan menjadi lebih baik jika kemudian terdapat hubugan antara tesis, alasan memilih program, nama dosen yang berasal dari kampus tujuanmu, dan latar belakang kamu memilih negara tersebut.

  1.   Lakukan Proofreading sembari Menghubungi Referee

Senangnya sudah buat motivation letter dan statement of purpose! Tapi tunggu dulu jangan puas ya karena lebih baik kamu lakukan proofreading. Kamu bisa minta tolong ke atasan, rekan atau bahkan kenalan yang sudah duluan mendapatkan beasiswa atau berkuliah di luar negeri.

Nah, karena proofreading biasanya memakan waktu, ada baiknya kamu juga mulai melakukan pendekatan ke referee atau pemberi surat rekomendasi kita. Hal ini perlu dipersiapkan lebih awal karena terkadang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan balasan dan persetujuan dari para pemberi rekomendasi.

Tips? Tidak perlu nama besar kok, cukup atasan/klien yang paham akan kemampuan pekerjaan kamu. Loh, bukannya kalau diberikan oleh menteri/gubernur/direktur justru bagus? Tentu bagus, namun dengan catatan kamu memang bekerja di bawah mereka dan referee bisa menjelaskan profil dirimu dengan baik. 

Kembali ke proofreading, ingat hasil koreksi tentu tidak membuat kita langsung mendapatkan apa yang kita mau. Atas hal tersebut, jangan pernah down hanya karena tulisan kita mendapatkan banyak koreksi. Latihan dan terus latihan hingga akhirnya kita terus membuat statement of purpose atau motivation letter dengan sempurna!

  1.   Menyusun Recommendation Letter/Reference Letter

Lho kok kita malah menyusun recommendation letter sendiri? Bukannya si pemberi rekomendasi yang akan membuatnya? Eh jangan salah! Tanda tangan dan cap tentu tidak bisa kita lakukan sendiri, namun menyusun recommendation letter/reference letter justru biasanya dilakukan sendiri/mandiri.

Hal ini biasanya karena pemberi surat tersebut sudah mempunyai kesibukan yang luar biasa. So, kalian harus menyiapkan surat rekomendasinya dulu untuk mempermudah prosesnya. Kamu bisa melihat contoh di internet untuk dijadikan sebagai referensi. Tips menulis surat rekomendasi, kamu bisa memperbanyak bukti kerja yang disertai dengan contoh konkrit. Jangan lupa juga untuk memeriksa structure dan grammar dari surat tersebut ya. Pastikan juga apakah surat tersebut harus dikirim secara mandiri oleh referee atau bisa juga diunggah oleh kandidat melalui portal aplikasi kampus maupun beasiswa tujuanmu.

  1.     Finishing

Jika semua sudah siap, sekarang saatnya melakukan cek ulang seluruh persyaratan yang ada. Setelah itu, segera lakukan pendaftaran lebih awal agar terhindar dari masalah teknis seperti gangguan pada server

Nah jika sudah semuanya, tentu ada peluang besar kita bisa mendapatkan apa yang kita mau. Namun, jika memang belum berhasil, it’s okay! Karena kuliah di luar negeri dan mendapatkan beasiswa itu seperti lari maraton yang membutuhkan nafas dan stamina yang kuat. Ada yang berhasil di kesempatan pertama dan ada yang baru berhasil di kesempatan kedua puluh! 

Jadi, kamu harus sabar, konsisten, dan juga “keras kepala” dalam meraih cita-cita untuk studi ke luar negeri dan mendapatkan beasiswa. Nah, jika kamu merasa hal ini berat; maka ingatlah peribahasa dalam Bahasa Swedia satu ini:

Att gå samman är en början, att hålla ihop är framsteg, Att arbeta gemensamt är en framgång – Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts

Goodluck!

Nah, buat belajar IELTS bareng IELTSpresso, kamu bisa cek kelas persiapannya di sini:

IELTS Live Class atau IELTS Bundling Test

Atau, buat kamu yang mau join scholarship mentoring juga bisa cek di sini:

Scholarship Mentoring

Artikel Terbaru Lainnya

WeCreativez WhatsApp Support
Customer Support kami siap membantu kamu!
👋 Halo, Jangan ragu bertanya ya