Salah satu kekhawatiran mahasiswa internasional yang kuliah di negara asing adalah mengikuti berbagai ujian dari semester awal hingga akhir. Pasalnya, tak ada yang menyangkal bahwa sistem ujian di setiap negara dapat memiliki perbedaan mencolok. Oleh karena itu, penting untuk calon mahasiswa mengetahui terlebih dahulu seperti apa perbedaan itu agar bisa beradaptasi dengan tenang dan nyaman.
Nah untuk kamu yang berencana kuliah di Belgia, kamu perlu tahu bahwa ada perbedaan cukup besar antara sistem ujian di negara ini dan Indonesia, mulai dari format hingga sistem penilaian. Dilansir dari indonesiamengglobal.com, ini dia 3 ciri khas sistem ujian kampus Belgia yang dirangkum dari penjelasan Erin Priandini, lulusan Katholieke Universiteit Leuven dan Vrije Universiteit Brussel.
Ujian Lisan
Di banyak kampus Belgia seperti Katholieke Universiteit Leuven dan Vrije Universiteit Brussel, format ujian yang diterapkan pada umumnya adalah ujian lisan. Jadi, mahasiswa diminta untuk maju satu per satu dan menjawab pertanyaan dari profesor. Ujian ini tentu akan dilaksanakan dalam bahasa Inggris, sehingga kamu harus mempersiapkan kemampuan bahasa Inggris dengan baik.
Nah, ujian lisan ini juga punya format bermacam-macam, mulai dari tanya jawab empat mata, presentasi sekaligus tanya jawab di depan profesor, atau presentasi di depan teman-teman sekelas. Format ini akan berbeda setiap kelas atau professor.
Contohnya, sebelum kuliah, profesor akan memberikan sekitar 250 pertanyaan yang harus dicari jawabannya oleh mahasiswa. Ketika ujian lisan, profesor akan memberikan 5 pertanyaan random dari 250 pertanyaan tersebut. Jadi, perlu banyak belajar dan kerja keras buat mengikuti ujian ini dengan baik ya Sob!
Sistem Penilaian
Di Belgia, terutama di Flanders, kampus-kampus mengaplikasikan sistem penilaian dengan European Credit Transfer and Accumulation System (ECTS). Jadi, untuk program 1 tahun akademik, mahasiswa akan mengambil 60 ECTS, di mana 1 ECTS mewakili 25-30 jam belajar.
Nah tak seperti kampus Indonesia yang menggunakan nilai berupa huruf (A-E), di Belgia penilaiannya berbentuk angka dari 1-20. Agar bisa dinyatakan lulus suatu mata kuliah, kamu perlu mencapai nilai akhir minimal 10. Kalau kurang dari 10, maka kamu harus mengulang ujian, meski gak wajib masuk kelas atau mengulang tugas-tugas.
Bagaimana dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)? Di Belgia, masing-masing nilai akan dihitung berdasarkan jumlah kreditnya, sehingga nilai IPK berupa persentase nilai antara 0-100%. Agar bisa meraih predikat cum laude, kamu perlu minimal GPA sebesar 68% atau setara dengan nilai rata-rata minimal 13,6.
Ujian yang Menghargai Proses dan Pemahaman, Bukan Hasil Akhir
Kalau kamu kuliah di Belgia, kamu akan menemukan approach yang unik dalam menentukan nilai ujian. Di sana, mahasiswa dituntut untuk memahami logika teori dan konsep dan betul-betul terlibat dalam kelas, bukan hanya menghafal. Profesor juga lebih menghargai proses pemahaman terhadap materi kuliah, bukan cuma melihat akurasi jawaban kita dalam ujian.
Oleh karena itu, plagiarisme dan belajar Sistem Kebut Semalam (SKS) gak akan membantumu untuk lulus kuliah. Soalnya, profesor bisa tahu apakah kamu betul-betul mengerti materi kuliah lewat serangkaian ujian yang ketat.
Nah itu dia, ciri khas sistem ujian Belgia yang sedikit-banyak membedakan dengan sistem di Indonesia. Kalau kamu berencana kuliah di Belgia dalam waktu dekat tapi butuh mentor untuk membimbing kamu dalam mendapatkan beasiswa, kamu bisa ikut program scholarship mentoring IELTSpresso berikut ini:
Scholarship Mentoring
Sobat IELTSpresso yang ingin meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, kamu bisa ikut IELTS Live Class bareng tutor-tutor IELTS yang sudah berpengalaman. Cek kelas persiapannya di sini:
IELTS Live Class atau IELTS Bundling Test
Jangan lupa pantau terus informasi terupdate seputar beasiswa, IELTS, dan study abroad di Blog IELTSpresso! Kamu juga bisa cus ke Instagram dan TikTok IELTSpresso!
